Minggu, 07 Agustus 2016

Terharu dan Hampir Mewek karena Gajah

Kegemaran saya mengkoleksi gajah ternyata sudah menjadi semacam ‘virus’ buat teman-teman saya, khususnya buat mereka yang tahu betul kesukaan saya terhadap binatang satu ini. Saya bisa bilang itu virus, karena hampir sebagian besar teman saya tahu benar saya identik dengan gajah dan ujung-ujungnya setiap lihat gajah (asli maupun pernik-perniknya) merekapun teringat saya...hehehe...

Adalah teman kantor saya yang suatu pagi ketika baru tiba di kantor, khusus memanggil saya dan menceritakan kisahnya, yang pasti masih berhubungan dengan gajah. 

Kisahnya begini…..suatu siang di weekend beberapa waktu lalu, teman saya makan siang dengan keluarganya di sebuah restoran di mal di Jakarta Barat. Lagi asik-asik makan, ada seorang pria paruh baya mendatangi mejanya dan menawarkan hasil karya kerajinan ukiran kayu kepada teman saya itu. Awalnya, teman saya gak ambil peduli dengan pria tersebut. Tapi, karena teman saya itu gak tegaan tipenya, dia pun mendengarkan apa maunya si bapak.

Si bapak, dengan jurus saktinya ternyata bisa meluluhkan hati teman saya (yang dari awal juga udah luluh meleleh dan hampir mewek saat dengar si bapak cerita…hihihihi…). Dia pun akhirnya beli 1 buah hasil karya tersebut. Rupanya, kenapa dia beli barang itu, katanya, selain kasihan pada penjualnya, barang itu mengingatkannya pada saya. Yah, karena yang ditawarkan si bapak adalah gajah. Tepatnya ukiran kayu berbentuk gajah. Lalu, gantian saya yang meleleh setelah dengar ceritanya dan terharu karena dia inget kesukaan saya, sampai akhirnya rela membeli.

Gajahnya ada di bawah ini. Bentuknya imut sekali. Tapi sepintas udah seperti ukiran gajah buatan India atau Birma yang saya punya. Entah si bapak benar-benar membuatnya atau tidak, saya tidak ambil pusing. Yang justru akan terus saya ingat adalah niat baik teman saya itu, baik ke si bapak penjual maupun ke saya. Mungkin dia pun benar-benar sudah tertular ‘virus’ gajah dari saya ya…

(thanks a lot mas bro…)  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar